Bekerja paruh waktu saat pandemi. Dunia pertarungan yang sengit.

Share This Post

Di dunia dimana pandemi COVID-19 terus merajalela dan hampir dua tahun setelah pertama kali mengacaukan dunia, ini adalah sebuah pernyataan kalau semua terdampak.

Dan beberapa komunitas merasakan efek finansial dari pandemi lebih dari komunitas kerja paruh waktu. Di Singapura, diperkirakan sektor pekerjaan paruh waktu telah kehilangan lebih dari $20 juta saat pandemi tinggi-tingginya. Di Australia, jumlah ini lebih besar 10 kali lipat, hampir $200 juta.

Beberapa mungkin menyatakan walaupun beberapa event offline dibatalkan, event esports tetap berlanjut karena memang seharusnya seperti itu – event akan disiarkan online dan orang pun sudah terbiasa menontonnya online.

Tapi mereka lupa ketika penyelenggara turnamen mengubah eventnya menjadi online, berarti orang-orang seperti pekerja paruh waktu, kru panggung tidak dipakai lagi.

Berkurangnya event offline atau LAN juga berarti berkurangnya pendapatan untuk mereka. Dan karena banyaknya event yang berubah online, jumlah event online pun menurun.  

“Berkurangnya event LAN besar merugikan penyelenggara turnamen yang lebih kecil kalau event itu berskala kecil tapi kalau berskala internasional tier 1 bisa dikerjakan secara remote atau LAN,” kata Daryl “Hungrycasts” Lim, seorang caster yang sekarang berada di bawah agensi Loudmouths.

Pekerjaan sekarang berkurang jauh dan pekerja paruh waktu sekarang berlomba dengan ketat. Genre game/titel tidak diperdulikan, pekerja paruh waktu sekarang dipaksa mencari pekerjaan kapan saja dan dimana saja untuk bertahan hidup.

Kata Tan kianChew, salah satu pekerja paruh waktu terbaik sebagai observer game: “Semakin sedikit kesempatan. Pekerjaannya tidak berubah, hanya saja kantor atau tempat studio yang sulit diakomodasi. Beberapa bulan pekerajaan bisa tidak didapatkan. Bulan lainnya sangat penuh dan kamu harus memilih pekerjaan mana yang mau diambil.”

Kompetisi akan pekerjaan ini terkadang sangat kejam sehingga mereka sampai hrus memotong rate mereka agar bisa mendapatkan pekerjaan dan mendapatkan pemasukan. Praktik tua ini sudah sering digunakan karena pandemi. Tapi apakah etis?

“Pemotongan biaya sangatlah biasa, ada penyelenggara turnamen yang mencari-cari rate terlebih dahulu dan menjanjikan kesinergian dan sejauh ini menunjukkan kualitas juga,” kata Daryl.

“Saya rasa esports sudah dan selalu tentang seseorang mengembangkan hal, jadi transparansi dan tidak mencoba untuk menjatuhkan seseorang adalah kuncinya. Sebagai caster, saya berusaha untuk memberikan rate yang lebih baik pula kalau saya tahu rumah produksi itu transparan tentang budgetnya dan berusaha mencari jalan tengah.”

Sebaliknya, caster Justin “0Eris0” Koh merasa kalau pemotongan biaya tidak cocok.

“Selagi saya berharap setiap shoutcaster mendapatkan apa yang sepatutnya didapatkan dalam hal rate, ada kalanya kompetisi sengit karena saturasi dalam hal persediaan di regional SEA,” katanya. “Ini pasti mengakibatkan banyak orang memotong harga. Coba pikir, pada akhirnya siapa yang tidak mau dibayar untuk pekerjaan yang mereka lakukan? Karena ada pepatah mengatakan ‘jangan membenci pemainnya, benci game nya’.”

Kompetisi sengit ini memang sudah memakan korban bagi pekerja paruh waktu, khususnya kesehatan mental.

Kata kontributor yang tidak mau disebutkan namanya :”Tidak seperti pekerjaan penuh waktu, bekerja paruh waktu terkadang bisa seperti pekerjaan 24/7. Kamu bisa bekerja dan masih mendengar suara di kepalamu mencari cara mencari pekerjaan selanjutnya. Sangat stres, apalagi kalau kamu menganggur. Kamu akan tetap berpikir kamu harus mencari kerja untuk dirimu dan keluarga.

Sepertinya, keberuntungan berpihak pada yang siap.

Justin berkata kepada Ulti.Asia, “Untuk beberapa shoutcaster yang tidak memiliki peralatan yang baik (mic, mixer, dll) di rumah, mereka mungkin kesulitan mencari pekerjaan kalau mereka dibutuhkan untuk memiliki peralatan. Buat saya pribadi, saya tidak terlalu terdampak selama pandemi karena saya memiliki peralatan yang siap pakai. Ketika pandemi mungkin tidak baik untuk semua orang, baik yang berhubungan dengan esports atau bukan, saya cukup beruntung berada di posisi yang tidak terdampak negatif karenanya.

Untuk orang yang mencari pekerjaan selama periode ini, Kianchew punya beberapa nasihat.

“Bangun rapor dengan organisasi dan yang lain di dalam industri,” katanya. “Network, network, network. Ini hal terbaik untuk mendapatkan pekerjaan.”

Kami berharap semua pekerja paruh waktu hal yang baik karena mereka selalu berusaha. Semangat untuk LAN event yang segera diadakan. Seperti semua orang, kami juga tidak sabar!

+ posts

More Like This

Gamers8 Bakal Kembali dengan Rekor Hadiah Besar!

Arab Saudi akan pecahkan rekor hadiah turnamen terbesar dunia. Salah...

Perkenalkan Joshua “Ghirlanda” Bianchi, sang Ayah yang Kejutkan Kompetisi Tekken!

Mentalitas adalah kunci. Tak ada sponsor, seorang putri kecil yang...

Analisis: Beberapa Faktor Penyebab Naik Turun Performa yang Drastis dalam Esports

Beberapa hal terlintas dalam pikiran saat membahas dunia olahraga,...

Eks CEO Evos Singgung Mantan Timnya dengan

Sempat mundur dari sorotan media esports, mantan CEO tim...

OHMYV33NUS, Atlet Esports Mobile Legends Pertama yang Mewakili Komunitas LGBTQ

Maskulinitas toksik saat ini menjadi permasalahan dalam kehidupan modern....

Jadi Kejutan, S2G Esports Raih Gelar Juara di PMGC Grand Finals 2022!

Babak final Pubg Mobile Global Championship (PMGC) 2022 baru...
- Advertisement -